BAB I
PENDAHULUAN
Istilah ahlussunnah waljamaah tidak dikenal di
zaman Nabi Muhammad SAW maupun di masa pemerintahan al-khulafa’ al-rasyidin,
bahkan tidak dikenal di zaman pemerintahan Bani Umayah ( 41 – 133 H. / 611 –
750 M. ). Istilah ini untuk pertama kalinya di pakai pada masa pemerintahan
khalifah Abu Ja’far al-Manshur (137-159H./754-775M) dan khalifah Harun
Al-Rasyid (170-194H/785-809M), keduanya dari dinasti Abbasiyah (750-1258).
Istilah ahlussunnah waljamaah semakin tampak ke permukaan pada zaman pemerintahan
khalifah al-Ma’mun (198-218H/813-833M).
Penggunaan istilah ahlussunnah waljamaah
semakin popular setelah munculnya Abu Hasan Al-Asy’ari (260-324H/873-935M) dan
Abu Manshur Al-Maturidi (w. 944 M), yang melahirkan aliran “Al-Asy’aryah dan
Al-Maturidyah” di bidang teologi. Sebagai ‘perlawanan’ terhadap aliran
muktazilah yang menjadi aliran resmi pemerintah waktu itu. Teori
Asy’ariyah lebih mendahulukan naql ( teks qu’an hadits)
daripada aql ( penalaran rasional). Dengan demikian bila dikatakan ahlussunnah
waljamaah pada waktu itu, maka yang dimaksudkan adalah penganut paham
asy’ariyah atau al-Maturidyah dibidang teologi. Dalam hubungan ini ahlussunnah
waljamaah dibedakan dari Muktazilah, Qadariyah, Syiah, Khawarij, dan
aliran-aliran lain.
KH. Hasyim
Asy’ari, Rais Akbar Nahdlatul Ulama’ memberikan tashawur (gambaran)
tentang ahlussunnah waljamaah sebagaimana ditegaskan dalam al-qanun al-asasi,
bahwa faham ahlussunnah waljamaah versi Nahdlatul Ulama’ yaitu mengikuti Abu
Hasan al-asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi secara teologis, mengikuti salah
satu empat madzhab fiqh ( Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hanbali) secara fiqhiyah,
dan bertashawuf sebagaimana yang difahami oleh Imam al-Ghazali atau Imam Junaid
al-Baghdadi
BAB II
HAKEKAT ASWAJA MENURUT KH.
HASYIM ASY’ARI DAN KH. MATURIDI
A
Definisi
dan Historis
ASWAJA adalah kepanjangan kata dari “
Ahlussunnah waljamaah”. Ahlussunnah berarti orang-orang yang menganut atau
mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW, dan waljamaah berarti mayoritas umat
atau mayoritas sahabat Nabi Muhammad SAW. Jadi definisi Ahlussunnah waljamaah
yaitu; “ Orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dan mayoritas
sahabat ( maa ana alaihi wa ashhabi ), baik di dalam syariat (hukum Islam)
maupun akidah dan tasawuf”.
Istilah ahlussunnah waljamaah tidak dikenal di
zaman Nabi Muhammad SAW maupun di masa pemerintahan al-khulafa’ al-rasyidin,
bahkan tidak dikenal di zaman pemerintahan Bani Umayah ( 41 – 133 H. / 611 –
750 M. ). Istilah ini untuk pertama kalinya di pakai pada masa pemerintahan
khalifah Abu Ja’far al-Manshur (137-159H./754-775M) dan khalifah Harun
Al-Rasyid (170-194H/785-809M), keduanya dari dinasti Abbasiyah (750-1258).
Istilah ahlussunnah waljamaah semakin tampak ke permukaan pada zaman
pemerintahan khalifah al-Ma’mun (198-218H/813-833M).
Pada zamannya, al-Ma’mun menjadikan Muktazilah
( aliran yang mendasarkan ajaran Islam pada al-Qur’an dan akal) sebagai madzhab
resmi negara, dan ia memaksa para pejabat dan tokoh-tokoh agama agar mengikuti
faham ini, terutama yang berkaitan denga kemakhlukan al-qur’an. untuk itu, ia
melakukan mihnah
(inquisition), yaitu ujian akidah terhadap para pejabat dan ulama. Materi
pokok yang di ujikan adalah masalah al-quran. Bagi muktazilah, al-quran
adalah makhluk (diciptakan oleh Allah SWT), tidak qadim ( ada sejak awal
dari segala permulaan), sebab tidak ada yang qadim selain Allah SWT. Orang yang
berpendapat bahwa al-quran itu qadim berarti syirik dan syirik merupakan dosa
besar yang tak terampuni. Untuk membebaskan manusia dari syirik,
al-Ma’mun melakukan mihnah. Ada beberapa ulama yang terkena mihnah dari
al-Ma’mun, diantaranya, Imam Ahmad Ibn Hanbal ( 164-241H).
Penggunaan istilah ahlussunnah waljamaah
semakin popular setelah munculnya Abu Hasan Al-Asy’ari (260-324H/873-935M) dan
Abu Manshur Al-Maturidi (w. 944 M), yang melahirkan aliran “Al-Asy’aryah dan
Al-Maturidyah” di bidang teologi. Sebagai ‘perlawanan’ terhadap aliran
muktazilah yang menjadi aliran resmi pemerintah waktu itu. Teori
Asy’ariyah lebih mendahulukan naql ( teks qu’an hadits)
daripada aql ( penalaran rasional). Dengan demikian bila dikatakan ahlussunnah
waljamaah pada waktu itu, maka yang dimaksudkan adalah penganut paham
asy’ariyah atau al-Maturidyah dibidang teologi. Dalam hubungan ini ahlussunnah
waljamaah dibedakan dari Muktazilah, Qadariyah, Syiah, Khawarij, dan
aliran-aliran lain. Dari aliran ahlussunnah waljamaah atau disebut aliran sunni
dibidang teologi kemudian juga berkembang dalam bidang lain yang menjadi cirri
khas aliran ini, baik dibidang fiqh dan tasawuf. sehingga menjadi
istilah, jika disebut akidah sunni (ahlussunnah waljamaah) yang
dimaksud adalah pengikut Asy’aryah dan Maturidyah. Atau Fiqh Sunni, yaitu
pengikut madzhab yang empat ( Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hanbali). Yang menggunakan
rujukan alqur’an, al-hadits, ijma’ dan qiyas. Atau juga Tasawuf
Sunni, yang dimaksud adalah pengikut metode tasawuf Abu Qashim Abdul
Karim al-Qusyairi, Imam Al-Hawi, Imam Al-Ghazali dan Imam Junaid al-Baghdadi. Yang
memadukan antara syari’at, hakikat dan makrifaat.
B
Memahami
Hadits Firqah
Ada beberapa riwayat hadits tentang firqah atau
millah ( golongan atau aliran) yang kemudian dijadikan landasan bagi firqah
ahlussunnah waljamaah. Sedikitnya ada 6 riwayat hadits tentang firqah/millah
yang semuanya sanadnya dapat dijadikan hujjah karena tidak ada yang dloif
tetapi hadits shahih dan hasan. Dari hadits yang kesimpulannya menjelaskan
bahwa umat Rasulullah akan menjadi 73 firqah, semua di neraka kecuali satu
yang di surga. itulah yang disebut firqah yang selamat الفرقة الناجية)). Dari
beberpa riwayat itu ada yang secara tegas menyebutkan; ( أهل الســنة والجمــاعة“) ahlussunnah waljamaah”. ataub “aljamaah”. (الجماعة )Tetapi yang paling banyak dengan
kalimat; “ maa ana alaihi wa ashhabi” (ماأنا
عليه وأصحا )baiklah
penulis kutipkan sebagian hadits tentang firqah atau millah:.
عن عبد
الله بن عمرو قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " لبأتين على أمتي ما
أتى على بني اســــرائيل حذو النعل بالنعل حتى ان كان منهم من بأتي أمه علانية
لكان في أمتي من يصنع ذالك , وان بني اســـرائيل تفرقت على ثنتين وســبعين ملة,
وتفترق أمتي على ثلاث وســبعين ملة كلهم فى النار الا واحدة قالوا ومن هي يا رسول
الله ؟
قال : " مـــا أنا عليه وأصـــحابي".
( الترمذي و الآجري واللا
لكائي وغيرهم. حـــسن بشــواهد كثيرة )
Artinya: “Dari Abillah Bin ‘Amr berkata,
Rasulullah SAW bersabda: “ Akan datang kepada umatku sebagaimana yang terjadi
kepada Bani Israil. Mereka meniru perilakuan seseorang dengan
sepadannya, walaupun diantara mereka ada yang menggauli ibunya terang-terangan
niscaya akan ada diantara umatku yang melakukan seperti mereka. Sesungguhnya
bani Israil berkelompok menjadi 72 golongan. Dan umatku akan berkelompok
menjadi 73 golongan, semua di neraka kecuali satu. Sahabat bertanya; siapa
mereka itu Rasulullah? Rasulullah menjawab: “ Apa yang ada padaku
dan sahabat-sahabatku “ ( HR. At-Tirmidzi, Al-Ajiri, Al-lalkai. Hadits
hasan )
عن أنس بن مــالك قال : قال رســول الله صــلى
الله عليه وســلم : " ان بني اســرائيل افترقت على احدى وســبعين فرقة , وان
أمتي ستفترق على ثلاثة وسبعين فرقــة كلها في ا_نار الا واحدة, وهي الجمــاعة
" ابن ماجه وأحمد واللا لكائي وغيرهم. هذا اســـناد جيد
Artinysa:” Dari Anas bin Malik berkata,
rasulullah SAW bersabda; “ Sesungguhnya bani Israil akan berkelompok menjadi 71
golongan dan sesungguhnya umatku akan berkelompok menjadi 72 golongan,
semua di neraka kecuali 1 yaitu al-jamaah”.
( HR.Ibn Majah, Ahmad, al-lakai dan lain.
Hadits sanad baik )
Dari pengertian hadits diatas dapat difahami
dan disipulkan sebagai berikut:
Penganut
suatu agama sejak sebelum Nabi Muhammad (Bani Israil) sudah banyak yang
‘menyimpang’ dari ajaran aslinya, sehingga terjadi banyak interpretasi yang
kemudian terakumulasi menjadi firqah-firqah.
Umat
Nabi Muhammad juga akan menjadi beberpa firqah.namun berapa jumlahnya? Bilangan
73 apakah sebagai angka pasti atau menunjukkan banyak, sebagaimana
kebiasaan budaya arab waktu itu?.
Bermacam-macam firqah itu masih diakui
oleh Nabi Muhammad SAW sebagai umatnya, berarti apapun nama firqah
mereka dan apaun produk pemikiran dan pendapat mereka asal masih mengakui
Allah sebagai Tuhan, Muhammad sebagi Nabi dan ka’bah sebagai kiblatnya tetap
diakui muslim. Tidak boleh di cap sebagai kafir. ‘lahu ma lana wa alaihi
ma alainaa.’
Pengertian semua di mereka kecuali satu, yaitu
mereka yang tidak persis sesuai dengan sunnah Nabi dan para sahabatnya
akan masuk neraka dahulu tapi tidak kekal didalmnya yang nantinya akan diangkat
ke surga kalau masih ada secuil iman dalam hatinya. Sedangkan yang satu akan
langsung ke surga tanpa mampir di neraka dahulu.
الفرقة النـاجية (kelompok yang selamat) adalah mereka yang mengikuti sesuai apa
yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya ماأناعليه وأصحـابه )
yang mungkin berada di berbagai tempat, masa dan jamaah.
tidak harus satu organisasi, satu negara, satu masa atau satu partai dan
golongan
C
Ahlussunnah
Waljamaah Versi KH. Hasyim Asy’ari
KH. Hasyim Asy’ari, Rais Akbar Nahdlatul Ulama’
memberikan tashawur (gambaran) tentang ahlussunnah waljamaah
sebagaimana ditegaskan dalam al-qanun al-asasi, bahwa faham ahlussunnah
waljamaah versi Nahdlatul Ulama’ yaitu mengikuti Abu Hasan al-asy’ari dan Abu
Manshur al-Maturidi secara teologis, mengikuti salah satu empat madzhab fiqh (
Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hanbali) secara fiqhiyah, dan bertashawuf
sebagaimana yang difahami oleh Imam al-Ghazali atau Imam Junaid al-Baghdadi.
Penjelasan KH. Hasyim Asy’ari tentang
ahlussunnah waljamaah versi Nahdlatul Ulama’ dapat difahami sebagai berikut:
1.
Penjelasan aswaja KH Hasyim Asy’ari,
jangan dilihat dari pandangan ta’rif menurut ilmu Manthiq yang harus jami’ wa
mani’ (جامع مانع) tapi itu merupakan gambaran (تصــور) yang akan lebih mudah kepada
masyarakat untuk bisa mendaptkan pembenaran dan pemahaman secara jelas ( تصــد يق).
Karena secara definitif tentang ahlussunnah waljamaah para ulama berbeda secara
redaksional tapi muaranya sama yaitu maa ana alaihi wa ashabii.
2.
Penjelasan aswaja versi KH. Hasyim Asy’ari,
merupakan implimentasi dari sejarah berdirinya kelompok ahlussunnah
waljamaah sejak masa pemerintahan Abbasiyah yang kemudian
terakumulasi menjadi firqah yang berteologi Asy’ariyah dan Maturidiyah, berfiqh
madzhab yang empat dan bertashuwf al-Ghazali dan Junai al-Baghdadi
3.
Merupakan “Perlawanan” terhadap gerakan
‘wahabiyah’ (islam modernis) di Indonesia waktu itu yang mengumandangkan konsep
kembali kepada al-quran dan as-sunnah, dalam arti anti madzhab, anti
taqlid, dan anti TBC. ( tahayyul, bid’ah dan khurafaat). Sehingga dari
penjelasan aswaja versi NU dapat difahami bahwa untuk memahami al-qur’an dan
As-sunnah perlu penafsiran para Ulama yang memang ahlinya. Karena sedikit
sekali kaum m uslimin mampu berijtihad, bahkan kebanyakan mereka itu
muqallid atau muttabi’ baik mengakui atau tidak.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pemaparan penulis tentang ahlussunnah
waljamaah, secara historis, teks hadits dan penjelasan KH. Hasyim Asy’ari,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Secara
historis, ahlussunnah waljamaah menjadi nama sebuah firqah pada masa
pemerintahan abbasiah, akibat dari pergolakan pemikiran antara muktazilah dan
kelompok lain. Dalam pandangan ini ahlussunnah waljamaah adalah sebuah
“al-manhaj al-fikri”.
Pengklasifikasian
firqah islam menjadi 73 adalah sebuah prediksi Rasulullah sesuai system
berfikir yang akan berkembang di masa yang akan datang dalam memahami ajaran islam.
Tapi semua kelompok itu masih dalam bingkai umat Nabi Muhammad dan tidak sampai
keluar dari din al-islam.
Kelompok yang selamat adalah sebuah
prilaku dari perorangan atau kelompok yang mengikuti sunnah Nabi dan para
sahabatnya. Lintas organisasi, partai, madzhab, negara, generasi, tokoh atau
lainnya
Nahdlatul
Ulama’ mengaku sebagai kelompok ahlussunnah waljamaah tapi aswaja
tidak hanya NU. Bias saja orang mengaku NU tapi dalam pemahamannya
tentang islam tidak sesuai dengan konsep aswaja. Jadi bisa saja seorang
berada di golongan yang bukan NU tapi keyakinannya sesuai dengtan konsep
ASWAJA.
Reinterpretasi sebuah konsep aswaja adalah
kembali kepada pemahaman as-salaf as-shaleh yang paling dekat dengan system
hidup Rasulullah dan sahabatnya. Dan upaya mencari kebenaran adalah dengan
menggunakan pisau analisis para mujtahidin yang diakui kemampuan dan
keikhlasannya dalam memahami islam. Bukan hanya dengan sebuah wacana yang
dikembangkan oleh orientalis yang berusaha membius pemikir muslim dan menghancurkan
islam dari dalam. Wallahu a’lam bis-shawab.
DAFTAR PUSTAKA
Al-fashl fi al-milal wa al-ahwa’ wa an-nihal.
Al-Imam Ibn Hazm Ad-dzahiri Al-Andalusi.
Ahlussunnah waljamaah; maalim al-inthilaqah
al-kubra. Muhammad Abdul Hadi Al-Mishry
Al-Qanun Al-Asasi. KH. Hasyim Asy’ari, Ensiklopedi
Islam. Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA.