BAB
I
PENDAHULUAN
A LATAR BELAKANG
Sebagai makhluk allah yang paling sempurna, manusia
memiliki proses perjalanan hidup yang panjang, kehidupan di dunia ini merupakan
satu-satunya kesempatan untuk mengumpulkan bekal menuju alam akhirat. Dan
sebaik-baik bekal adalah takwa, namun disisi lain manusia harus benar-benar
pandai memanfaatkan kesempatan yang terbatas itu untuk kepentinga masa depannya.
Oleh
kerena itu, sebagai langkah
awal mencari bekal di dunia maupun akhirat, kita perlu mengetahui Hadits Tentang
Kecakapan Diri, Berfikir Akademik, Sosial Dan Penciptaan Lapangan Pekerjaan.
B RUMUSAN MASALAH
A.
Berguna Bagi Orang Lain.
B.
Pengetahuan Kunci Kesuksesan.
C.
Jerih Payah/Hasil Karya Sendiri.
C TUJUAN PEMBELAJARAN
Maksud dan tujuan kami dalam penyusunan makalah ini
adalah untuk mempermudah memahami hadits Nabi Tentang Kecakapan Diri, Berfikir
Akademik, Sosial Dan Penciptaan Lapangan Pekerjaan untuk diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
AB IIB
KORPUS DATA
عَنْ جابر قال : قال رسول الله صلّى
الله عليه وسلم يألف ويؤلف ولاخير فيمن لايألف ولايؤلف وخير الناس انفعهم للناس .
) رواه مسلم (
. عَنْ ابى عمر ان رجلا جاء الى رسول الله
صلى اللَّه عليه وسلم فقال : يارسول الله اي الناس أحب الى الله ؟ واي الاعمال أحب
الى الله عز وجل ؟ فقال رسول الله : أحب الناس الى الله أنفعهم للناس, وأحب
الاعمال الى الله سرور تدخله على مسلم, وتكشف عنه كربه, او تقضى عنه دينا, او تطرد
عنه جوعا, ولأن أمشي مع اخ لي في حاجة أحب ألي من ان اعتكف في المسجد, يعني مسجد
المدينة, شهرا, ومن كن غضبه سترالله عورته, ومن عظم غيظه, ولو شاء ان يمضيه امضاه,
الله عزوجل قلبه أمنا يوم القيامة, ومن مشي مع أخيه في حاجة حتى اثبتها له اثبت
الله.
"عزوجل قدمه على الصراط يوم تزل
فيه الأقدام" (رواه الطبران)
عن عنس قال : أن النبي صلى اللَه عليه وسلَم قال
: من ارادالدنيا فعليه بالعلم ومن ارادالاخرة فعليه بالعلم ومن ارادهما فعلبه
بالعلم (رواه ترمذى)
عن ابن مقدم ابن معد قرب سمعت رسول
الله قال ما أكل احد طعاما قط خيرا من ان يأكل من عمل يده. وان نبي الله داود عليه
السلام كان يأكل من عمل يده (رواه البخارى)
BAB
III
HADITS NABI TENTANG
KECAKAPAN MENGENAL
DIRI, BERFIKIR AKADEMIK, SOSIAL DAN PENCIPTAAN LAPANGAN PEKERJAAAN
A. Berguna Bagi Orang
Lain
عَنْ
جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يألف ويؤلف ولاخير فيمن لايألف
ولايؤلف وخير الناس انفعهم للناس .
( رواه الطبران و
الدارقطن)
“Dari Jabir berkata, bersabda Rasulullah Saw orang islam
itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak bersikap ramah,
dan sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain” (HR. Thabrani dan Daruqutni). Hadits ini dishahehkan oleh
Al-Bani di dalam “As-Shahihah- nya”.
. عَنْ ابى عمر ان رجلا جاء الى رسول الله صلى اللَّه عليه وسلم فقال
: يارسول الله اي الناس أحب الى الله ؟ واي الاعمال أحب الى الله عز وجل ؟ فقال
رسول الله : أحب الناس الى الله أنفعهم للناس, وأحب الاعمال الى الله سرور تدخله
على مسلم, وتكشف عنه كربه, او تقضى عنه دينا, او تطرد عنه جوعا, ولأن أمشي مع اخ
لي في حاجة أحب ألي من ان اعتكف في المسجد, يعني مسجد المدينة, شهرا, ومن كن غضبه
سترالله عورته, ومن عظم غيظه, ولو شاء ان يمضيه امضاه, الله عزوجل قلبه أمنا يوم
القيامة, ومن مشي مع أخيه في حاجة حتى اثبتها له اثبت الله.
"عزوجل قدمه على الصراط يوم تزل
فيه الأقدام" (رواه الطبران)
“Dari Ibnu Umar bahwa seorang
lelaki mendatangi Nabi Saw dan berkata : wahai rasulullah, siapakah yang paling
dicintai Allah ? dan amal apakah yang paling dicintai oleh Allah ? rasulullah
saw menjawab : orang yang paling dicintai oleh Allah adalah orang yang
bermanfaat bagi orang lain dan amal yang paling dicintai oleh Allah adalah
kebahagiaan yang engkau masukkan kedalam diri seorang muslim atau engkau
menghilangkan suatu kesulitan atau engkau melunasi utang atau menghilangkan
kelaparan. Dan sesungguhnya aku berjalan bersama seorang saudaraku untuk
menunaikan suatu kebutuhan lebih aku sukai daripada beri’tikaf di dalam masjid
ini, yaitu masjid Madinah selama satu bulan. Dan barang siapa yang menghentikan
amarahnya, maka Allah akan menutupi kekurangannya dan barang siapa yang menahan
amarahnya padahal dirinya sanggup melakukannya, maka Allah akan memenuhi
hatinya dengan harapan pada hari kiamat. Dan barang siapa yang berjalan bersama
saudaraya untuk menunaikan kebutuhannya sehingga tertunai kebutuhan it, maka
Allah akan menangguhkan kakinya pada hari perhitungan”. (HR. Thabrani). Hadits ini di hasankan oleh syaikh
Al-Bani.[1]
Hadis di atas menjelaskan
tentang menebarkan kebaikan diantara kita, khususnya saudara kita sesama muslim
yang adalah salah satu perintah Allah. Dan yang termasuk kebaikan adalah
menebarkan sikap menjaga tali silaturahmi diantara kita, dengan mengembangkan
sikap ini, maka telah mengembangkan sifat tanggung jawab terhadap ikrar
keimanan kita kepada Allah SWT yang kita buktikan dengan menjalankan
perintahnya dan kita sama-sama mengetahui bahwa orang yang bertanggung jawab
adalah orang yang berguna bagi sesama makhluk.
B. Pengetahuan Kunci Kesuksesan
عن
عنس قال : أن النبي صلى اللَه عليه وسلَم قال : من ارادالدنيا فعليه بالعلم ومن
ارادالاخرة فعليه بالعلم ومن ارادهما فعلبه بالعلم
(رواه ترمذى)
“Dari Anas berkata, Rasulullah bersabda :
barang siapa yang menginginkan dunia, hendaklah ia berilmu dan barang siapa
yang menginginkan akhirat (kebahagiaan dikemudian hari), hendaklah dengan ilmu
dan barang siapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat), hendaklah
dengan ilmu”. (HR. Tirmidzi).[2]
Hadits
diatas menjelaskan 3 perkara terhadap kehidupan manusia di dunia maupun
diakhirat :
1. Kehidupan
dunia
Apabila seseorang
menghendaki supaya kehidupannya di dunia mendapatkan kebahagiaan (kesuksesan),
maka dia harus menguasai ilmu dunia. Biasanya pada bagianOini banyak dilakukan
oleh orang-orang beragama Kristen atau orang-orang yang non islam. Sebagai
contoh di zaman sekarang ini, tekhnologi sudah sangat canggih di jepang
penduduknya sebagian besar sudah bisa membuat robot bahkan mereka sudah bisa
membuat manusia robot. Apakah
ilmu itu bisa mengantarkan mereka masuk surga? jawabannya adalah tidak, karena
mereka tidak atau belum melapazkan 2 kalimat syahadat yang merupakan kunci
pertama masuk islam sehingga ilmu mereka itu sebatas dunia saja sedangkan
akhirat tidak.
2. Kehidupan
akhirat
Salah satu cara untuk
dapat mencapai atau meraih kebahagiaan di akhirat adalah dengan menguasai
ilmu-ilmu akhirat. Banyak
para wali-wali atau sahabat yang tisak terlalu mementingkan kebahagiaan dunia
karena mereka tahu bahwa kebahagiaan dunia hanyalah kebahagiaan yang menipu. Maka
oleh sebab itu mereka lebih mengejar kebahagiaan akhirat yaitu kebahagiaan yang
abadi dengan mempelajari apa saja yang bisa mengantarkannya menuju kebahagiaan
tersebut.
3. Kehidupan
dunia akhirat
Pada
bagian inilah manusia sangat sering berdoa kepada Allah supaya mereka
mendapatkan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.namun apabila suatu doa
tidak diiringi dengan ikhtiar atau usaha utuk mencapai apa yang telah
dimohonkan itu ,maka semua itu tida lain hanya kebohongan semata.manusia yang
ingin hidupnya bahagia di dunia dan akhiraat hendaklah ia mencari dan menguasai
ilmu yang berkaitan dengan keduanya. orang
yang menginginkan kehidupan dunia akhirat, secara
optimal
dia akan mencari ilmu yang mana bisa membuat dia hidup sakinah. Apakah itu tentang perkantoran, perbankan,
perguruan ataupun ilmu tentang perakitan kapal dan lain-lain. Di samping itu
juga dia harus mencari ilmu yang bisa menjadikan dia untuk bahagia di akhirat,
baik ilmu shalat, ikhlas, puasa, akhlakul karimah dan lain-lain. Maupun
ilmu-ilmu yang yang bisa di amalkan kepada sesama manusia dengan mengharapkan
ridho Allah.[3]
C. JERIH PAYAH ATAU HASIL USAHA SEENDIRI
عن ابن مقدم ابن معد قرب سمعت رسول
الله قال ما أكل احد طعاما قط خيرا من ان يأكل من عمل يده. وان نبي الله داود عليه
السلام كان يأكل من عمل يده
(رواه البخارى)
“Dari Miqdam Bin Ma’di Karib
Bersabda Nabi Saw “sama sekali tidaklah
seseorang menyantap makanan yan lebih baik dari (hasil) kerja tangannya
(sendiri). dan sesungguhnya Nabi Allah Daud AS senantiasa makan dari (hasil)
kerja tangannya (sendiri). (HR.Bukhari).
Penjelasan hadist diatas adalah :
1.
Hadist ini mengajarkan bahwa makanan yang terbaik bagi
seseorang adalah makanan
yang diperoleh dari hasil kerjanya sendiri, bukan dari warisn orang tua, pemberiam oramg lain atau
semacamnya. Nabi menyatakan seperti ini tentunya terkandung maksud
memberikan dorongan kepada kita semua untuk giat bekerja dan berkarya, Nabi
tidak menghendaki orang islam malas bekerja atau menggantungkan kebutuhan
kepada pihak orang lain.
2. Kemudian Nabi menyatakan di dalam
hadits diatas bahwa Nabi Daud AS makan dari hasil jerih payahnya sendiri. Jika
kita telah mengetahui bahwa seorang nabipun tetap bekerja untuk memenuhi semua
kebutuhan hidupnya, maka kita yang bukan nabi harus lebih giat lagi bekerja.
3. Demikianlah ternyata para Nabi dan
Rasul juga bekerja untuk mencari rizki, sebagaimana kebanyakan manusia hidup.
Oleh karena itu orang yang malas atau tidak mau bekerja adalah tercela dalam
agama, kecuali jika orang itu telah lanjut usia atau tengah ditimpa penyakit ,
sehingga tidak mungkin mampu melakukan pekerjaan.[4]
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapatlah
disimpulkan Bahwa hadits Tentang Kecakapan Diri, Berfikir Akademik, Sosial Dan
Penciptaan Lapangan Pekerjaan termuat dalam pembahasan :
Ø Berguna bagi
manusia bahwa orang yang dicintai oleh Allah SAW adalah orang yang paing
bermanfaat bagi manusia lainnya.
Ø Pengetahuan sebagai
kunci kesuksesan bahwa barang siapa yang menginginkan dunia, hendaklah ia
berilmu dan barang siapa yang menginginkan akhirat (kebahagiaan dikemudian
hari), hendaklah dengan ilmu dan barang siapa yang menginginkan keduanya (dunia
dan akhirat), hendaklah dengan ilmu.
Ø Jerih payah/ karya
sendiri bahwa makanan yang terbaik adalah makanan yang diperoleh dari hasil
kerja sendiri.
B. SARAN
Mengingat
manusia tidak luput dari kesalahan, makalah yang kami susun inipun masih banyak
kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dari semua
mahasiswa dan dosen yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kepada Dosen pengajar diharapkan bimbingan lebih untuk
mengingatkan mutu dan kwalitas mahasiswa PAI pada khususnya didalam
mengembangkan ilmu hadits demi terwujudnya implimentasi dalam kehidupan
sehari-hari.
DAFTAR
PUSTAKA
·
As’ad, H. M.
Aly, 1986, Al-Qur’an-Al-Hadits, Kota Kembang, Jogjakarta.
·
Rifa’i, Drs. M.
1978, Ilmu Fiqh Islam Lengkap, PT. Karya Toha, Semarang.
·
Muhammad bin Ismailm al-Shan’aniy, Subul al-Salam, Juz
IV, (Cet. IV; Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabiy, 1379 H.).