Powered By Blogger

Jumat, 02 September 2011

MAKALAH HADITS


BAB I
PENDAHULUAN
A      LATAR BELAKANG
Sebagai makhluk allah yang paling sempurna, manusia memiliki proses perjalanan hidup yang panjang, kehidupan di dunia ini merupakan satu-satunya kesempatan untuk mengumpulkan bekal menuju alam akhirat. Dan sebaik-baik bekal adalah takwa, namun disisi lain manusia harus benar-benar pandai memanfaatkan kesempatan yang terbatas itu untuk kepentinga masa depannya.
Oleh kerena itu, sebagai langkah awal mencari bekal di dunia maupun akhirat, kita perlu mengetahui Hadits Tentang Kecakapan Diri, Berfikir Akademik, Sosial Dan Penciptaan Lapangan Pekerjaan.
B       RUMUSAN MASALAH
A.    Berguna Bagi Orang Lain.
B.     Pengetahuan Kunci Kesuksesan.
C.     Jerih Payah/Hasil Karya Sendiri.
C      TUJUAN PEMBELAJARAN
Maksud dan tujuan kami dalam penyusunan makalah ini adalah untuk mempermudah memahami hadits Nabi Tentang Kecakapan Diri, Berfikir Akademik, Sosial Dan Penciptaan Lapangan Pekerjaan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


AB IIB
KORPUS DATA
عَنْ جابر قال : قال رسول الله صلّى الله عليه وسلم يألف ويؤلف ولاخير فيمن لايألف ولايؤلف وخير الناس انفعهم للناس .
) رواه مسلم (
. عَنْ ابى عمر ان رجلا جاء الى رسول الله صلى اللَّه عليه وسلم فقال : يارسول الله اي الناس أحب الى الله ؟ واي الاعمال أحب الى الله عز وجل ؟ فقال رسول الله : أحب الناس الى الله أنفعهم للناس, وأحب الاعمال الى الله سرور تدخله على مسلم, وتكشف عنه كربه, او تقضى عنه دينا, او تطرد عنه جوعا, ولأن أمشي مع اخ لي في حاجة أحب ألي من ان اعتكف في المسجد, يعني مسجد المدينة, شهرا, ومن كن غضبه سترالله عورته, ومن عظم غيظه, ولو شاء ان يمضيه امضاه, الله عزوجل قلبه أمنا يوم القيامة, ومن مشي مع أخيه في حاجة حتى اثبتها له اثبت الله.
"عزوجل قدمه على الصراط يوم تزل فيه الأقدام" (رواه الطبران)
 عن عنس قال : أن النبي صلى اللَه عليه وسلَم قال : من ارادالدنيا فعليه بالعلم ومن ارادالاخرة فعليه بالعلم ومن ارادهما فعلبه بالعلم (رواه ترمذى)               
عن ابن مقدم ابن معد قرب سمعت رسول الله قال ما أكل احد طعاما قط خيرا من ان يأكل من عمل يده. وان نبي الله داود عليه السلام كان يأكل من عمل يده (رواه البخارى)





BAB III
HADITS NABI TENTANG
KECAKAPAN MENGENAL DIRI, BERFIKIR AKADEMIK, SOSIAL DAN PENCIPTAAN LAPANGAN PEKERJAAAN
A.    Berguna Bagi Orang Lain
عَنْ جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يألف ويؤلف ولاخير فيمن لايألف ولايؤلف وخير الناس انفعهم للناس .
( رواه  الطبران و الدارقطن)
“Dari Jabir berkata, bersabda Rasulullah Saw orang islam itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak bersikap ramah, dan sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain” (HR. Thabrani dan Daruqutni). Hadits ini dishahehkan oleh Al-Bani di dalam “As-Shahihah- nya”.
. عَنْ ابى عمر ان رجلا جاء الى رسول الله صلى اللَّه عليه وسلم فقال : يارسول الله اي الناس أحب الى الله ؟ واي الاعمال أحب الى الله عز وجل ؟ فقال رسول الله : أحب الناس الى الله أنفعهم للناس, وأحب الاعمال الى الله سرور تدخله على مسلم, وتكشف عنه كربه, او تقضى عنه دينا, او تطرد عنه جوعا, ولأن أمشي مع اخ لي في حاجة أحب ألي من ان اعتكف في المسجد, يعني مسجد المدينة, شهرا, ومن كن غضبه سترالله عورته, ومن عظم غيظه, ولو شاء ان يمضيه امضاه, الله عزوجل قلبه أمنا يوم القيامة, ومن مشي مع أخيه في حاجة حتى اثبتها له اثبت الله.
"عزوجل قدمه على الصراط يوم تزل فيه الأقدام" (رواه الطبران)
“Dari Ibnu Umar bahwa seorang lelaki mendatangi Nabi Saw dan berkata : wahai rasulullah, siapakah yang paling dicintai Allah ? dan amal apakah yang paling dicintai oleh Allah ? rasulullah saw menjawab : orang yang paling dicintai oleh Allah adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain dan amal yang paling dicintai oleh Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan kedalam diri seorang muslim atau engkau menghilangkan suatu kesulitan atau engkau melunasi utang atau menghilangkan kelaparan. Dan sesungguhnya aku berjalan bersama seorang saudaraku untuk menunaikan suatu kebutuhan lebih aku sukai daripada beri’tikaf di dalam masjid ini, yaitu masjid Madinah selama satu bulan. Dan barang siapa yang menghentikan amarahnya, maka Allah akan menutupi kekurangannya dan barang siapa yang menahan amarahnya padahal dirinya sanggup melakukannya, maka Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat. Dan barang siapa yang berjalan bersama saudaraya untuk menunaikan kebutuhannya sehingga tertunai kebutuhan it, maka Allah akan menangguhkan kakinya pada hari perhitungan”. (HR. Thabrani). Hadits ini di hasankan oleh syaikh Al-Bani.[1]
Hadis di atas menjelaskan tentang menebarkan kebaikan diantara kita, khususnya saudara kita sesama muslim yang adalah salah satu perintah Allah. Dan yang termasuk kebaikan adalah menebarkan sikap menjaga tali silaturahmi diantara kita, dengan mengembangkan sikap ini, maka telah mengembangkan sifat tanggung jawab terhadap ikrar keimanan kita kepada Allah SWT yang kita buktikan dengan menjalankan perintahnya dan kita sama-sama mengetahui bahwa orang yang bertanggung jawab adalah orang yang berguna bagi sesama makhluk.
B.     Pengetahuan Kunci Kesuksesan
عن عنس قال : أن النبي صلى اللَه عليه وسلَم قال : من ارادالدنيا فعليه بالعلم ومن ارادالاخرة فعليه بالعلم ومن ارادهما فعلبه بالعلم
(رواه ترمذى)
 “Dari Anas berkata, Rasulullah bersabda : barang siapa yang menginginkan dunia, hendaklah ia berilmu dan barang siapa yang menginginkan akhirat (kebahagiaan dikemudian hari), hendaklah dengan ilmu dan barang siapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat), hendaklah dengan ilmu”. (HR. Tirmidzi).[2] 
Hadits diatas menjelaskan 3 perkara terhadap kehidupan manusia di dunia maupun diakhirat :
1.      Kehidupan dunia
Apabila seseorang menghendaki supaya kehidupannya di dunia mendapatkan kebahagiaan (kesuksesan), maka dia harus menguasai ilmu dunia. Biasanya pada bagianOini banyak dilakukan oleh orang-orang beragama Kristen atau orang-orang yang non islam. Sebagai contoh di zaman sekarang ini, tekhnologi sudah sangat canggih di jepang penduduknya sebagian besar sudah bisa membuat robot bahkan mereka sudah bisa membuat manusia robot. Apakah ilmu itu bisa mengantarkan mereka masuk surga? jawabannya adalah tidak, karena mereka tidak atau belum melapazkan 2 kalimat syahadat yang merupakan kunci pertama masuk islam sehingga ilmu mereka itu sebatas dunia saja sedangkan akhirat tidak.
2.      Kehidupan akhirat
Salah satu cara untuk dapat mencapai atau meraih kebahagiaan di akhirat adalah dengan menguasai ilmu-ilmu akhirat. Banyak para wali-wali atau sahabat yang tisak terlalu mementingkan kebahagiaan dunia karena mereka tahu bahwa kebahagiaan dunia hanyalah kebahagiaan yang menipu. Maka oleh sebab itu mereka lebih mengejar kebahagiaan akhirat yaitu kebahagiaan yang abadi dengan mempelajari apa saja yang bisa mengantarkannya menuju kebahagiaan tersebut.
3.      Kehidupan dunia akhirat
Pada bagian inilah manusia sangat sering berdoa kepada Allah supaya mereka mendapatkan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.namun apabila suatu doa tidak diiringi dengan ikhtiar atau usaha utuk mencapai apa yang telah dimohonkan itu ,maka semua itu tida lain hanya kebohongan semata.manusia yang ingin hidupnya bahagia di dunia dan akhiraat hendaklah ia mencari dan menguasai ilmu yang berkaitan dengan keduanya. orang yang menginginkan kehidupan dunia akhirat, secara optimal dia akan mencari ilmu yang mana bisa membuat dia hidup sakinah. Apakah itu tentang perkantoran, perbankan, perguruan ataupun ilmu tentang perakitan kapal dan lain-lain. Di samping itu juga dia harus mencari ilmu yang bisa menjadikan dia untuk bahagia di akhirat, baik ilmu shalat, ikhlas, puasa, akhlakul karimah dan lain-lain. Maupun ilmu-ilmu yang yang bisa di amalkan kepada sesama manusia dengan mengharapkan ridho Allah.[3]
C.    JERIH PAYAH ATAU HASIL USAHA SEENDIRI
عن ابن مقدم ابن معد قرب سمعت رسول الله قال ما أكل احد طعاما قط خيرا من ان يأكل من عمل يده. وان نبي الله داود عليه السلام كان يأكل من عمل يده
 (رواه البخارى)
“Dari Miqdam Bin Ma’di Karib Bersabda Nabi Saw “sama sekali tidaklah  seseorang menyantap makanan yan lebih baik dari (hasil) kerja tangannya (sendiri). dan sesungguhnya Nabi Allah Daud AS senantiasa makan dari (hasil) kerja tangannya (sendiri). (HR.Bukhari).

Penjelasan hadist diatas adalah :
1.      Hadist ini mengajarkan bahwa makanan yang terbaik bagi seseorang adalah makanan yang diperoleh dari hasil kerjanya sendiri, bukan dari warisn orang tua, pemberiam oramg lain atau semacamnya. Nabi menyatakan seperti ini tentunya terkandung maksud memberikan dorongan kepada kita semua untuk giat bekerja dan berkarya, Nabi tidak menghendaki orang islam malas bekerja atau menggantungkan kebutuhan kepada pihak orang lain.
2.      Kemudian Nabi menyatakan di dalam hadits diatas bahwa Nabi Daud AS makan dari hasil jerih payahnya sendiri. Jika kita telah mengetahui bahwa seorang nabipun tetap bekerja untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya, maka kita yang bukan nabi harus lebih giat lagi bekerja.
3.      Demikianlah ternyata para Nabi dan Rasul juga bekerja untuk mencari rizki, sebagaimana kebanyakan manusia hidup. Oleh karena itu orang yang malas atau tidak mau bekerja adalah tercela dalam agama, kecuali jika orang itu telah lanjut usia atau tengah ditimpa penyakit , sehingga tidak mungkin mampu melakukan pekerjaan.[4]





BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dapatlah disimpulkan Bahwa hadits Tentang Kecakapan Diri, Berfikir Akademik, Sosial Dan Penciptaan Lapangan Pekerjaan termuat dalam pembahasan :
Ø  Berguna bagi manusia bahwa orang yang dicintai oleh Allah SAW adalah orang yang paing bermanfaat bagi manusia lainnya.
Ø  Pengetahuan sebagai kunci kesuksesan bahwa barang siapa yang menginginkan dunia, hendaklah ia berilmu dan barang siapa yang menginginkan akhirat (kebahagiaan dikemudian hari), hendaklah dengan ilmu dan barang siapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat), hendaklah dengan ilmu.
Ø  Jerih payah/ karya sendiri bahwa makanan yang terbaik adalah makanan yang diperoleh dari hasil kerja sendiri.
B.     SARAN
Mengingat manusia tidak luput dari kesalahan, makalah yang kami susun inipun masih banyak kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dari semua mahasiswa dan dosen yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kepada Dosen pengajar diharapkan bimbingan lebih untuk mengingatkan mutu dan kwalitas mahasiswa PAI pada khususnya didalam mengembangkan ilmu hadits demi terwujudnya implimentasi dalam kehidupan sehari-hari.



DAFTAR PUSTAKA
·         As’ad, H. M. Aly, 1986, Al-Qur’an-Al-Hadits, Kota Kembang, Jogjakarta.
·         Rifa’i, Drs. M. 1978, Ilmu Fiqh Islam Lengkap, PT. Karya Toha, Semarang.
·         Muhammad bin Ismailm al-Shan’aniy, Subul al-Salam, Juz IV, (Cet. IV; Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabiy, 1379 H.).













[1] (Lihat, di dalam kitab “At-Targib Wattarhib” hal. 2.623).
[2] (Lihat  di dalam kitab Ibanatul Ahkam).
[3]  Muhammad bin Ismailm al-Shan’aniy, Subul al-Salam, Juz IV, (Cet. IV; Beirut: Dar Ihya al-Turats al-Arabiy, 1379 H.)
[4] (Tafsir Ibn Katsir [Beirut: Dar al-Fikr,  1404  H/1984  M),  jilid  1,  hal.  380)