BAB
I
PENDAHULUAN
A
LATAR BELAKANG
Dengan adanya ilmu tafsir dalam Al-Qur’an, ilmu Tafsir
menuntut kita untuk mengkaji secara jeli dan tepat tentang ilmu-ilmu Al-Qur’an.
Untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan kitab suci itu, dibutuhkan
perhatian khusus, pencurahan penuh dan pembahasan secara mendasar. Oleh kerena
itu dengan hadirnya makalah yanag kami susun ini diharapkan para pembaca dapat
memahami lebih jauh tentang ilmu-ilmu Tafsir agar bisa diterapkan dalam
masyarakat.
B
RUMUSAN MASALAH
a)
Al-Qur’an surat Az -Zumar
Ayat 33
b)
Al-Qur’an surat An-Nur Ayat 51
c)
Al-Qur’an surat Al-Maidah Ayat 7
d)
Al-Qur’an surat Al-Hasyr Ayat 7
e)
Al-Qur’an surat An-Nisa’ Ayat 80
C
TUJUAN PEMBELAJARAN
Maksud diwujudkannya ilmu Tafsir adalah untuk
mempermudah mentafsirkan ayat Al-Qur’an dalam amalan manusia, dalam situasi dan
kondisi tertentu. Artinya manusia sebagai makkhluk sosial harus saling memahami
dan mengenal antara sesama untuk saling memperbaiki dan saling menasehati
menuju jalan yng benar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
AL-QUR’AN SURAT AZ-ZUMAR AYAT 33
Ï%©!$#ur uä!%y` É-ôÅ_Á9$$Î/ s-£|¹ur ÿ¾ÏmÎ/ y7Í´¯»s9'ré& ãNèd cqà)GßJø9$#
Artinya: Dan orang-orang yang
membawa kebenaran {Muhammad} dan membenarkannya, mereka itulah orang0orang yang
bertaqwa.
(QS. Az-Zumar:33)
Dalam hal manusia dibawa oleh yang zalim ketempat
yang gelap, diapun datang membawa ajaran yang terang. Di dalam manusia
berpegang pada ajaran yang salah, misalnya mempersekutukan yang lain dengan
Allah, dia datang membawa kebenaran. Orang itu adalah Rasul ! orang itu ialah
Muhammad SAW. “dan membenarkan terhadapnya” yaaitu orang-orang yang menyatakan
percaya akan kebenaran ajaran yang dibawanya itu. Itulah sahabat-sahabatnya
“Asshabiqunal awwaluna”. Yang mula-mula yang dahulu sekali menyatakan iman,
mulanya Muhajirin kemudian itu Anshar, kemudian itu sekalian ummat yang sedia
menjalankan kebenaran yang dibawa oleh Rasul itu, melaksanakan perintah dan
menghentikan yang dilarang; “orang-orang itulah orang yang bertaqwa”.
Ayat 33 ini adalah imbalan ayat 32 yang menyatakan akibat
dari orang yang zhalim aniaya, yang mendustakan dan menolak kebenaran. Tempat
mereka adalah neraka. Tetapi Rasul dan orang yang beriman atas syri’at yang
beliau bawa beriman dan mengamalkannya sekali itulah orang yang bertaqwa. Bilamana
imannya itu dipeliharanya, dipupuk dan dipertinggi tingkatannya.
B.
AL-QUR’AN SURAT AN-NUR AYAT 51
$yJ¯RÎ) tb%x. tAöqs% tûüÏZÏB÷sßJø9$# #sÎ) (#þqããß n<Î) «!$# ¾Ï&Î!qßuur u/ä3ósuÏ9 öNßgoY÷t/ br& (#qä9qà)t $uZ÷èÏJy $uZ÷èsÛr&ur 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd tbqßsÎ=øÿßJø9$#
Artinya:
Sesungguhnya
jawaban orang-orang mukmin bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasulnya agar
Rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan “kami mendengar dan
kami patuh” dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.(QS. An-Nur:51)
Perkataan
yang patut diucapkan oleh kaum mukmin, apabila diseur untuk menerima hukum
Allah dan Rasulnya tentang perkataan yang mereka perselisihkan ialah “kami
mendengar pembicaraan kalian dan mentaati perintah kalian”. Mereka itu ialah
orang-orang yang beruntung memperoleh segala apa yang mereka kehendaki dan
selamat dari segala ketakutan.
Telah
menerangkan bahwa jenis ketaatan ini akan memberi keuntungan, selanjutnya Allah
menjelaskan bahwa setiap ketaatan kepada Allah dan Rasulnya akan mendatangkan
kemenangan.
Dijelaskan
perbedaan jiwa yang demikian dengan jiwa yang beriman, adapun orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul, apabila sekali saja datang kepadanya ajakan
supaya segera dijalankan sepanjang hukum Allah dan Rasul, maka dengan sikap
yang tegak dan tangkas mereka menjawab “kami dengar perintah itu dan kami
patuhi” itulah orang yang menang ! mengapa mereka menang ?
Mereka
eah dapat membangun keyakinan hidup, mereka telah ada pegangan, yaitu Allah.
Tiada lain, tiada dua, tiada tiga. Dan Allah pula memerintahkan supaya di dalam
taat setiap ilahi itu hendaklah turuti perjalanan utusan tuhan dan turuti wahyu
tuhan yang disampaaikan oleh Rasul itu,
diapun bersedia berjalan melangkah di atas jejak Rasulullah dengan tidak ada
keraguan lagi.
Mereka
telah menang menghadapi hawa nafsu dan kehendak sendiri, mereka telah menang
menghadapi segala halangan dan rintangan dalam melangkah menuju hanya SATU,
yaitu ridha Allah. Sebab itu jiwa mereka
tidak berpecah, tidak berlawan diantara mulut dengan hati. Mereka telah
mempunyai satu pandangan saja dan satu keuntungan saja yaitu keuntungan rohani.
C.
AL-QUR’AN SURAT AL-MAIDAH AYAT 7
(#rãà2ø$#ur spyJ÷èÏR «!$# öNä3øn=tæ çms)»sVÏBur Ï%©!$# Nä3s)rO#ur ÿ¾ÏmÎ/ øÎ) öNçGù=è% $oY÷èÏJy $oY÷èsÛr&ur ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7OÎ=tæ ÏN#xÎ/ ÍrßÁ9$#
Artinya:
Dan
ingatlah karunia Allah kepadamu dan perjanjiannya yang telah diikatnya dengan
kamu ketika kamu mengatakan, “kami dengar dan kami taat”. Dan bertaqwalah kepada Allah , sesungguhnya
Allah maha mengetahui isi hati (mu). (Q.S. Al-Maidah:7)
Tuntunan-tuntunan
yang dikemukakan di atas adalah bagian dari tuntunan agama yang merupakan
nikmat ilahi sekaligus merupakan janji yang harus dipenuhi dari sekian
janji-janji manusia. Karena itu ayat ini ayat ini berpesan: ingatlah nikmat
Allah kepada kamu yakni tuntunan agama-Nya yang sebelum ini elah dikumandangkan
kesempurnaannya, atau jenis karunia-Nya yang beraneka ragam dan ingat juga
prjanjiannya yakni perjanjian yang diambil melalui Rasul SAW. Seperti
perjanjian pada malam Aqabah untuk taat dan patuh dalam hal yang mudah dan yang
sulit dan perjanjian-perjanjian yang lain yang telah diikat-Nya dengan kamu dan
ketika itu kamu mengatakan “kami dengar yakni memahami dan mengetahui kandungan
perjanjian itu atau kami patuhi dan kami taati semua kandungannya”.
Karena
memenuhi ikatan perjanjian merupakan suatu hal yang memerlukan tekad yang kuat
serta dorongan jiwa yang besar, maka perintah itu disusun dengan menyatakan dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui isi hati setiap
makhluk, bahkan walau yang bersangkutan sendiri tidak mengetahui atau telah
melupakannya.
Kata
“nikmat” pada firman-Nya ingatlah nikmat Allah menggunakan bentuk tunggal,
padahal nikmat-nikmatnya demikian banyak. Ini agaknya disebabkan karenatujuan
perintah ini bukan agar manusia mengingat nimat-nikmat Allah yang sedemikian
banyak. Hal tersebut tidak mungkin dapat dilakukan oleh siapapun. Tetapi tujuan
ayat ini adalah agar manusia mengamati nikmat tertentu yaitu tuntunan agama
atau jenis-jenis nikmat yang dianugerahkannya, seperti nikmat hidayat beragama,
kesehatan. Kekayaan, pengetahua, dan lain-lain walau tanpa rincian. Atau bisa
juga bentuk tunggal kata nikmat itu dimaksudkan agar manusia menyadari bahwa
nikmat apapun dan dari segi apapun ia dipandang, nikmat tersebut harus diingat.
Dengan mengingat, mengamati, dan merenungkan walau satu nikmat saja diharapkan
yang bersangkutan akan mensyukurinya. Jika seseorang merenungkan dan mengamati
salah satu nikmat ilahi, maka kesadara atas anugerah itu, akan mengantar ia
untuk menyadari betapa banyak nikmat ilahi yang telah diperolehnya.
Telah
disebutkan salah satu dari
perjanjian yang pernah diadakan Rasul dengan Sahabat- sahabat beliau
selain yang disebut tu masih banyak yang lain yang kesemuanya dapat masuk dalam
tuntunan ayat diatas. Seperi apa yang disinggung dalam QS. Al-Mumtahanah ayat
12 : yang berbunyi
$pkr'¯»t ÓÉ<¨Z9$# #sÎ) x8uä!%y` àM»oYÏB÷sßJø9$# y7uZ÷èÎ$t7ã #n?tã br& w Æø.Îô³ç «!$$Î/ $\«øx© wur z`ø%Îô£t wur tûüÏR÷t wur z`ù=çFø)t £`èdy»s9÷rr& wur tûüÏ?ù't 9`»tFôgç6Î/ ¼çmuZÎtIøÿt tû÷üt/ £`ÍkÏ÷r& ÆÎgÎ=ã_ör&ur wur oYÅÁ÷èt Îû 7$râ÷êtB £`ßg÷èÎ$t6sù öÏÿøótGó$#ur £`çlm; ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# Öqàÿxî ×LìÏm§
Artinya: Hai
nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan
janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri,
tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta
yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan
mendurhakaimu dalam urusan yang baik, Maka terimalah janji setia mereka dan
mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Demikian juga dengan bai’at yang
diberikan oleh serombongan kaum muslimin dari Madinah setahun dan dua tahun
sebelum beliau berhijrah, yaknia pada tahun kedua belas dan ketiga belas masa
kenabian.
Dan
ingatlah hai orang-orang mikmin, ketika kamu dulu kafir dan saling membenci
satu sama lain. Maka dengan adanya petunjuk agama, kamu menjadi bersaudara,
yang slaling mencintai satu sama lain dan ingatlah pula akan janji yang telah
diikat-Nya dengan kamu ketika kamu berbai’at kepada Rasul-Nya, Muhammad SAW
untuk tetap mendengar dan taat padanya dalam perkara yang kamu senangi maupun
yang tidak, dalam keadaan susah ataupun mudah yaitu ketika kamu berkata
kepadanya, “Kami mendengar apa yang engkau perintahkan dan engkau cegah kepada
kami, dan kami taat kepadamu pada semuua itu. Maka kami takkan berlaku maksiat
kepadamu dalam perkara yang makruf. Dan segala yang engkau bawa kepada kami,
itulah ma’ruf.
Setiap
nabi yang diutus kepada suatu kaum, pasti mengambil janji Allah atas mereka
untuk mendengar dan taat, di samping menerima seruannya, dan memasuki agama,
berarti menerima perjanjian ini. Oleh karena itu, kita wajib menganggap
peringatan ini merupakan peringatan yang ditujukan kepada kita, sebagaimana
para sahabat Nabi dulu menganggapnya ditujukan kepada diri mereka.
Dan
bertaqwalah kepada Allah, jangan melanggar janji-Nya dan jangan menerjang apa
yang telah Dia perintah dan cegah terhadapmu, baik yang ada pada ayat ini
maupun lainnya.
Sesungguhnya
Allah maha mengetahui isi (hatimu). Maka, apa yang terdetik dalam setiap orang
yang telah mengikat janji dengan-Nya tidak satupun yang tersembunyi bagi-Nya,
baik berupa niat untuk menunaikan janji itu atau sebaliknya. Dan Allah Maha
Tahu pula akan apa yang tersimpan dalam hati sanubari, baik keikhlasan atau
riya’.
D.
AL-QUR’AN SURAT AL-HASYR AYAT 7
!$¨B uä!$sùr& ª!$# 4n?tã ¾Ï&Î!qßu ô`ÏB È@÷dr& 3tà)ø9$# ¬Tsù ÉAqߧ=Ï9ur Ï%Î!ur 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Èûøó$#ur È@Î6¡¡9$# ös1 w tbqä3t ﺆﺆP's!rß tû÷üt/ Ïä!$uÏYøîF{$# öNä3ZÏB 4 !$tBur ãNä39s?#uä ãAqߧ9$# çnräãsù $tBur öNä39pktX çm÷Ytã (#qßgtFR$$sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ßÏx© É>$s)Ïèø9$#
Artinya: Apa saja harta rampasan (fai-i)
yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari
penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan,
supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu.
apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya
bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
amat keras hukumannya. (QS. Al-Hasyr:7)
Apa
yang diberikan Allah kepada rasul-Nya sebagai harta fai’ dari orang-orang kafir
penduduk negeri seperti Bani Quraizhah, An-Nadhir, Fadak dan Khaibar, maka
rasul mempergunakannyauntuk kebaikan dan kebajikan, dan tidak
membagi-bagikannya sebagaimana pembagian ghanimah. Harta itu diberikan kepada
rasul, kaum kerabat dari orang-orang mukmin Bani Hasyim dan bani Al-Muthalib,
anak-anak yatim dan orang-orang faqir, orang-orang miskin yang memerlukan dan malang , ibnu sabil yang
kehabisan bekal dan dalam perjalanan sehingga ia tidak dapat mencapai tujuan
karena jauhnya jarakk dan terputusnya sarana perhubungan. Itu terjadi bila
perjalanan sulit akan tetapi sekarang perjalanan mudah dan dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Sekarang orang dapat meminta transfer dari bank manapun
untuk apapun di muka bumi. Dengan demikian, ibnu sabil sekarang ini tidak ada.
Kemudian
Allah memberikan alas an mengenai pembagian ini. Firmannya:
!ös1 w tbqä3t P's!rß tû÷üt/ Ïä!$uÏYøîF{$# öNä3ZÏB 4
Sesungguhnya Kami menghukuminya dengan cara itu, dan
menjadikannya dibagi-bagi antara orang-orang yang telah disebutkan agar
orang-orang yang kaya tidak mengambil dan mengedarkan diantara mereka, hingga
akan semakin kaya, sebagaimana kebiasaan seperti itu terjadi pada masa
Jahiliyah. Lalu orang-orang faqir tidak mendapatkan sedikitpun dari harta tersebut.
Perintah taat kepada Rasul SAW.
4
!$tBur ãNä39s?#uä ãAqߧ9$# çnräãsù $tBur öNä39pktX çm÷Ytã (#qßgtFR$$sù 4
Apa yang
diberikan Rasul kepadamu berupa harta fai’ dan lain-lain, maka terimalah,
karena ia halal bagimu. Dan apa yang dilarang Rasul untuk kamu lakukan, maka
jauhilah dan jangan kamu dekati. Karena rasul tidak berbicara menurut hawa
nafsunya, sebagaimana firman Allah SWT:
!$uZø9tRr&ur y7øs9Î) tò2Ïe%!$# tûÎiüt7çFÏ9 Ĩ$¨Z=Ï9 $tB tAÌhçR öNÍkös9Î) ö
“Dan Kami turunkan kepadamu
Al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka.
Telah dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim, Abu Daud
dan At-Tirmidzi secara berjamaah dari Ibnu Mas’ud ia berkata, “Allah ta’ala
melaknati orang yang mentato, orang yang minta ditato, orang yang mencabuti
rambut dan orrang yang merenggangkan gigi untuk keindahan lagi merusak ciptaan
Allah”.
Lalu iapun sampailah kepada seorang perempuan dari
Bani Asy’ad yang bernama Ummu Ya’kub yang dapat membaca Al-Qur’an itu. Maka
katanya, “telah sampai kepadaku bahwa engkau melaknati perempuan yang begini
dan begitu”. Ibnu Mas’ud menjawab, “mengapa aku melakknati orang yang dilaknati
Rasulullah SAW, dan yang demikian terdapat di dalam kitab Allah “Azza wajalla?”
perempuan itu mengatakan, “aku telah membaca apa yang ada di antara dua sisi
mushaf tapi aku tidak mendapatkannya”. Ibnu Mas’ud berkata, “jika engkau
membaca, tentu engkau mendapatinya tidakkah engkau membaca firman Allah Ta’ala:
4
!$tBur ãNä39s?#uä ãAqߧ9$# çnräãsù $tBur öNä39pktX çm÷Ytã (#qßgtFR$$sù 4
Lalu kata Ibnu Mas’ud, “sesungguhnya Rasulullah SAW
telah melarang yang demikian itu”.
Dari Abu Rafi’ bahwa Rasulullah SAW mengatakan,
“kiranya aku tidak melihat seorang dari kamu bersandar di kursinya, lalu datang
kepadanya suatu urusan yang aku perintahkan atau larang, lalu ia mengatakan,
“aku tidak tahu, aku tidak mendapati dalam kitab Allah yang kita ikuti.
Kemudian Allah memperingatkan mereka agar tidak
menyalahi perintah-perintah dan larangan-larangannya. Firmannya:
4
(#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ßÏx© É>$s)Ïèø9$#
Dan bertaqwalah kepada Allah dengan mengikuti
perintah-perintahnya dan meninggalkan larangan-larangannya. Karena sesungguhnya
Allah itu amat keras siksa-Nya bagi orang yang mendurhakai, menyalahi perintah
dan menolak serta melarang apa yang disebutkan larangan dan cegahannya. Dan
Rasulnya adalah penerjemah dari apa yang dikehendaki-Nya untuk kebaikan
hamba-hamba-Nya dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.
E.
AL-QUR’AN SURAT AN-NISA’ AYAT 80
`¨B ÆìÏÜã tAqߧ9$# ôs)sù tí$sÛr& ©!$# ( `tBur 4¯<uqs? !$yJsù y7»oYù=yör& öNÎgøn=tæ $ZàÏÿym
Artinya: Barang siapa mentaati
Rassul itu sungguh dia telah menaati Allah. Dan barang siapa berpaling (dari
ketaatan itu) maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka
Barang siapa taat kepada Rasul, sungguh dia telah
kepada Allah. Sebab, secara hakiki Dialah yang
memerintah dan melarang. Sedangkan Rasul hanyalah orang yang
menyampaikan perintah dan larangan itu, sehingga ketaatan kepadanya tidak
hakiki, melainka kepada sumber dari siapa dia menyampaikan perintah dan
larangan itu. Sunnah Allah telah berlaku bahwa Dia tidak memerintah dan
melarang manusia kecuali dengan perantaraan para rasul-Nya; dari merekalah
manusia memahami wahyu Allah.
Adapun menaati apa yang disabdakan oleh Rasul dari
dinya sendiri dan apa yang diperintahkannya denga ijtihad dan pendapatnya
diantara unsure-unsur kehidupan, seperti
mengawinkan kurma dan lain sebagainya, yang oleh para Ulama’ disebut perkara
“Irsyad”, tidak termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah, karena ia bukan
agama dan syara’ dari Allah Ta’ala,
sebagai contoh, Nabi SAW memerintahkan supaya menakar makanan seperti gandum
dan lain-lain dari bangsa biji-bijian, ketika menumbuk dan meremas-meremasnya
menjadi adonan, adalah termasuk perkara pengaturan penghematan di dalam rumah
tangga. Kebanyakan kaum muslimin mengabaikannya, kecuali orang-orang yang biasa
mengatur kehidupan rumahnya dengan baik. Demikian pula perintah supaya memakan
minyak dan memakainya pada rambut.
Apabila para sahabat ragu-ragu tentang perintah
beliau, mereka bertanya apakah perintah itu dari sisi Allah ataukah dari
pendapat dan ijtihad Rasul, karena mengenai hal itu mereka mempunyai pendapat
lain yang mereka pertanyakan padanya. Apabila Rasul menjawab bahwa perintah itu
dari Allah, maka tanpa ragu-ragu mereka menaatinya. Tetapi, apabila dikatakan
bahwa perintah itu dari pendapatnya maka mereka mengemukakan pendapatnya;
barang kali Rasulullah SAW akan meralat pendapatnya dan mengambil pendapat
mereka sebagaimana terjadi pada perang badar dan perang uhud.
Muqatil meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
من احبني فقد
احب الله ومن اطاعني فقد اطاع الله فقال المنافقون: الا تسمعون الى ما يقول
هذا الرجل ؟ لقد قارف الشرك قد نهى ان نعبد غير الله
ويريد ان نتخذه ربا كما اتخذت النصارى عيسى فانزل الله هذه الاية
Artinya: Barang siapa mencintaiku
berarti telah mencintai Allah; dan barang siapa menaatiku berarti telah menaati
Allah. Orang-orang munafik berkata “tidakkah kalian mendengar apa yang
dikatakan laki-laki ? dia telah melakukan kemusyrikan: dia melarang kita
menyembah selain Allah namun dia sendiri menginginkan agar kita menjadikannya
tuhan sebagaimana kaum Nasrani telah menjadikan Isa sebagai tuhannya. Maka
Allah menurunkan ayat ini.
Orang mukmin yang benar-benar beiman hanya tunduk
kepada penciptanya tidak kepada seorangpun di antara makhluknya. Keluar dari
ketundukkan seperti ini adalah kemusyrikan, yang terbagi pada dua bagian:
1.
Apabila kamu memandang bahwa
sebagian makhluk mempunyai kekuatan ghaib dibalik sebab-sebab yang biasa.
Sehingga karenanya kamu mengharapkan manfaatnya, takut kepada bahayanya, dan berdoa
serta merendahkan diri padanya. Ini adalah syirik dalam uluhiyah
2.
Apabila kamu memandang bahwa
sebagian makhluk dari golongan manusia mempunyai hak memberlakukan
undang-undangnya, mengharamkan dan menghalalkan, sebagaimana penafsiran Nabi
SAW terhadap firman Allah Ta’ala:
(#ÿräsªB$# öNèdu$t6ômr& öNßguZ»t6÷dâur $\/$t/ör& `ÏiB Âcrß «!$#
“Mereka menjadikan
orang-orang alimnya dan rahib-rahibnya sebagai tuhan-tuhan selain Allah”.
Yaitu dengan menaati mereka dalam apa yang mereka halalkan dan haramkan.
Ini adalah syirik di dalam rububiyah.
Yang demikian itu disebabkan orang mukmin harus menjadi orang yang paling
mulia dirinya dan paling agung kehormatannya. Untuk itu, dia tidak boleh ridha
diperbudak oleh sultan yang zalim, tidak pula oleh pemerintah yang memperbudak.
Sebab, dia mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, bahwa semuanya adalah
budak yang harus tunduk kepada Allah Ta’ala dan patuh kepada perintah-Nya; dan
bahwa hal itu adalah puncak kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat
`tBur 4¯<uqs? !$yJsù y7»oYù=yör& öNÎgøn=tæ $ZàÏÿym
Barang siapa berpaling dari menaatimu yang merupaka ketaatan kepada Allah
maka kamu tidak berhak memaksa orang itu agar menaatimu. Sebab, kamu diutus
sebagai pemberi kabar gembira dan mengingatkan, bukan sebagai penguasa yang
memaksa atau pengawas, menjaga segala perbuatan dan perkataan manusia; karena
keimanan dan ketaatan tidak lain diperoleh dengan jalan ikhtiar setelah
memberikan keterangan-keterangan yang memuaskan dan pengujian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø Orang yang zhalim aniaya, yang mendustakan dan menolak
kebenaran. Tempat mereka adalah neraka.
Ø Rasul dan orang yang beriman atas syri’at yang beliau bawa
beriman dan mengamalkannya sekali itulah orang yang bertaqwa.
Ø Ciri-ciri jiwa
yang beriman adalah apabila sekali saja datang kepadanya ajakan supaya segera
menjalankan hukum Allah dan Rasul, maka dengan sikap yang tegak dan tangkas
mereka menjawab “kami dengar perintah itu dan kami patuhi”
Ø Allah telah
memberikan nikmat kepada manusia yakni tuntunan agama-Nya yang sebelum ini
telah dikumandangkan kesempurnaannya, serta jenis karunia-Nya yang beraneka
ragam dan ingat juga prjanjiannya yakni perjanjian yang diambil melalui Rasul
SAW.
Ø Harta fai’
diberikan kepada rasul, kaum kerabat dari orang-orang mukmin Bani Hasyim dan
bani Al-Muthalib, anak-anak yatim dan orang-orang faqir, orang-orang miskin
yang memerlukan dan malang ,
ibnu sabil yang kehabisan bekal dan dalam perjalanan.
Ø
Orang mukmin yang
benar-benar beiman hanya tunduk kepada penciptanya tidak kepada seorangpun di
antara makhluknya. Keluar dari ketundukkan seperti ini adalah kemusyrikan, yang
terbagi pada dua bagian:
1.
Apabila kamu memandang bahwa
sebagian makhluk mempunyai kekuatan ghaib dibalik sebab-sebab yang biasa.
Sehingga karenanya kamu mengharapkan manfaatnya, takut kepada bahayanya, dan
berdoa serta merendahkan diri padanya. Ini adalah syirik dalam uluhiyah
2.
Apabila kamu memandang bahwa
sebagian makhluk dari golongan manusia mempunyai hak memberlakukan
undang-undangnya, mengharamkan dan menghalalkan. Ini adalah syirik dalam
Rububiyah.
B. SARAN
Mengingat manusia tidak luput dari kesalahan, makalah
yang kami susun inipun masih banyak kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan saran dari masyarakat pembaca yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Kepada Dosen pengajar diharapkan bimbingan lebih untuk
mengingatkan mutu dan kwalitas mahasiswa PAI pada khususnya didalam
mengembangkan ilmutafsir demi terwujudnya hubungan mahasiswa dengan masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Nasib Ar-Rifa’i Muhammad. 1999. Terjemah
Tafsir Ibnu Katsir: Jakarta .
Gema Insani
-
Al-Maraghi Mustafa Ahmad. 1989. Tafsir
Al-Maraghi: Semarang .
Toha Putra
-
Hamka, Prof, Dr. 1985. Tafsir
Al-Azhar: Jakarta .
Pustaka Panjimas
-
Quraish Shihab, M. 2001. Tafsir
Al-Misbah: Jakarta .
Lentera Hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar